[Travel Story] Pusing Pusing di Penang


Heritage City

Setelah mengistirahatkan badan dgn lumayan nyenyak *gw sik, gak tau ranjang sebelah*, paginya kita jalan-jalan aja pusing-pusing kota Penang. Too bad, Miss Inggrid musti cabut duluan, karena pesawatnya re-schedule jd jam 09.00 pagi. Sampai jumpa maning ya Miss dilaen waktu dan destinasi lainnya …… Anyhow keceriaan tetap berlanjut biarpun berkurang rombongan hore-nya.

Hari ini cuman mo muter-muter kota naek delman istimewa Rapid Ahmat Penang aja sik rencananya. Lumayan rute busnya lewat tempat-tempat yg emang dijual ke pelancong. So beranjaklah kami dr peraduan Hutton Lodge, trus melipir ke arah Penang Street, nunggu Free Shuttle CAT di depan 7-Eleven sampai ke Jetty (Weld Quay) which is last stop bus ini. Jikalau bingung nak menclok dimana, cube pusing-pusing sikit using this kind of transport buat nyari spot-spot yg hendak dikunjungi, istilahnya preview lah ya, kalo mo langsung hajar bleh sik ya monggo kerso.

Lepas dr Jetty, kita menyusuri lorong hitam kota tua Georgetown yg masih sangat terawat. Bagi yg suka ama atmosfer kota tua, pasti bakal bersorak sorai sepanjang jalan, secara bangunan tua dengan fasad kolonial dan oriental yg siap menyambut siapun yg datang dengan anggun dan gagah khas bangunan lama. Tidak seperti sister city-nya Penang *Medan*, bangunan tua disini sangat diperhatikan, direnovasi atau direkonstruksi sehingga kuat untuk digunakan sebagai perkantoran, tempat usaha, maupun rumah tinggal.

Old Town Alley

Ternyata yg namanya Car Free Day dikenal juga di Penang ini, lokasi yg kita kunjungi waktu itu ada di Beach Street. Sempet mampir juga ke Whiteaways Arcade buat sarapan di Gado-Gado Boplo Subway. Lumayan pagi-pagi sarapannya makanan tradisional Penang.

Beach street ini tembus ke Downing street sampai ke Victoria Memorial Clock Tower. HSBC, StanChart pun menempati gedung tua yg sungguh ciamik. Nampak pula bangunan Kantor Pos Malaysia tak kalah ciamiknya. Oke pemirsa, tetap ikuti saya ya … *nenteng Birkin*.

Car Free Day

Diujung jalan, sudah menunggu limo sewaan kita yg mengantar ke daerah Padang Kota Lama, dimana disitu didirikan Town Hall ama City Hall *lo kate di Sun Fransisco, pake limo segala*.  Pas banget ada yg poto-poto pre-wed, jd pengen minjem gaunnya kan *eh*. Ya semoga pernikahannya secantik dan sekuat bangunan City Hall itu ya mbak …

Puas rasanya rambut tersibak hembus angin laut, lanjut lagi perjalanan ke Kapitan Keling street. Disana terdapat Masjid Kapitan Keling, Goddess of Mercy Temple, sama St. Geroge’s Anglican Church dalam satu jalan. Ditambah lagi para penjual bunga dari warga India, makin semarak jadinya. Sekedar numpang nampang aja, dan perjalanan dilanjutkan kembali. Tetap ikutin saya ya pemirsa …. *benerin kacamuka BCL*.

Kapitan Keling Mosque

St. George’s Anglican Church

Goddess of Mercy Temple

Tropical Spice Garden adalah pemberhentian selanjutya yg terletak dipesisir utara pulau Umang Penang ini. Bisa dicapai dengan Rapid 101 dari Jetty (Weld Quay), perjalanan menempuh masa 40 menit dengan melewati daerah Gurney, Straits Quay, Pantai Batu Feringghi, dan Tanjung Bungah. Bisa juga dari aerport langsung kemari dengan Rapid 102. Bilang aja ama keneknya turun di Tugu Ikan Patin Tropical Spice Garden, pintu masuknya pas bener di pinggir jalan. Tujuan utama sik ngadem, karena emang panasnya lagi great sale.

Cuman dengan bermodalkan MYR 15 *gratis mosquito repelent*, kita udah bisa masuk ke kebun buatan pokja PKK RT 5 Rw 3 yg isinya tanaman tropis. Dengan ukuran yg gak seluas KRB *Kebun Raya Bogor* ini, ternyata cukup menarik untuk dilihat, dan mendidik pengunjung mengenai berbagai jenis tetanaman.

Pond

Kita bisa mengelilingi taman ini dengan 3 jalur yg sudah disiapkan oleh Agung Podomoro pihak pengelola. Ornament Trail, Jungle Trail, & Spice Trail merupakan nama dari jalur tadi yg dibedakan oleh warna batu yg terletak di tanah maupun dinding batu sebagai petunjuk arah. Jangan takut tersesat jalan, karena petunjuk yg disediakan cukup jelas dan mudah dimengerti, dan juga informasi mengenai tetumbuhan yg ada pun tersaji cukup jelas *tertulis dengan bahasan Inggris, Melayu, dan Latin*. Dijamin bakal terkekeh saat baca deskripsi dari tetanaman tersebut, kocak sangatlah.

Spice terrace

Dan out of nowhere terpampanglah signage yg nunjukin adanya tempat restoran dengan tajuk Tree Monkey. Bisa diakses dari Tropical Spice Garden, ataupun langsung dari jalan raya, karena resto ini punya akses langsung ke 7 fasilitas unggulan jalan raya.

Secara penampakan sik jadi berasa di Bali atau Thailand gitu, pun begitu dengan menunya yg western dan Thai Cuisine *lah masakan Nasi Lemaknye mana Pak Cik*. Dengan dipayungi rindangnya pepohonnan dan dielus semilir angin serta dicolok pemandangan laut Selat Malaka, sungguh tepat buat melepas penat *dan lapar tentunya*.

Tree Monkey Resto

Berhubung tak ada menu Ketupat Gulai Paku, maka diputuskan untuk memilih makanan yg sekiranya sedikit familiar dilidah yakni Pineapple Fried Rice, Pad Thai, dan Miang Kham (Thai Spice Roll). Yg seru sik Miang Kham ini, berasa disuruh nyirih.

Miang Kham

Pad Thai (Thai Fried Noodles)

Pineapple Fried Rice

Virgin Mojito

Isinya ada bawang merah mentah, jahe mentah, cabe rawit, kelapa gongseng, ebi, dan jeruk nipis, tak ketinggalan sambel yg penampakannya kek pasta kacang, makannya dibungkus ama daun yg bentuknya macam daun jati sirih gitu. Pas dateng dimeja, langsung pada melongo, yakin ini kita gak salah order. Akhirnya gw memberanikan diri sebagai sukarelawan untuk mencoba mencicip makanan ini. Cara makannya … ambil daunnya, lalu taruh semua ingridients yg ada, boleh ditambah cabenya kalo suka pedes. Tinggal hleb ….. dan BOOMMM …. ledakan sensasi rasa unik dan eksotik terpercik keluar begitu gigitan pertama terjadi. Rasa pedas dari cabe, bawah merah, dan jahe, berpadu sempurna dengan renyahnya kacang tanah, gurihnya ebi, harumnya kelapa, dan segarnya jeruk nipis, tak ketinggalan pelengkap rasa dari sambelnya tadi, bener-bener pengalaman baru buat lidah kampungan ini. Ya berhubung kami bukan kaum ultraorthodox yg suka maen aman, dapet pengalaman baru itu harus kudu bin wajib hukumnya.

Kurang afdhol kalo habis makan-makan cantik tak dibarengi dengan minum-minum centil. Pertama sik pesen Virgin Mojito sebagai simbol kami yg masih terjaga keperawanannya ini. Bolak balik buku menu, lihat ada Italian Soda, tapi dengan bumbu rempah gitu. Akhirnya nyoba donk yg Nutmeg Soda, ada juga yg rasa Rosella dan Lemongrass. Yg jd highlite menu minuman disini Tom Yum Martini. Daripada tipsy dijalan terus bangun-bangun di kamar orang, maka kita sisihkan dulu menu yg satu itu. Biaya kelakuan buat makanan tadi sekitar MYR 150 buat bertiga. Setara ama makan Gule Kepala Baung di Pekanbaru kok ….

Dinning area with the view

Melipir dari resto tadi, ada souvenir shop, yg mo nyari shampoo, sabun, dan essential oil yang beraroma bunga, kayu, atau rempah-rempah bisa dijumpai di toko ini. Bumbu-bumbu yg mengandung rempah pun ada semacam bumbu instan tandoori, masala, kari India, kari Thailand dan masakan lain. Sedangkan di lantai dua, lebih ke printilan yg biasa buat buah tangan such as kartu pos, hand bag, kaos, dan handycraft lainnya. Buat yg suka ngulek *dan diulek*, ada Cooking school jg sebenernya, udah gitu kalo gak mau keganggu ama ketimpringannya bocah-bocah, bisa ditaroh dulu di playground yg lumayan bagus. Lumayan biar gak kena AC terus kan anak-anaknya, bisa merasakan hembusan angin cemilir dan mensyukuri nikmat dari yg Kuasa *benerin belahan abaya*.

Emang kalau liburan itu waktu berasa ngebut, tiba-tiba jam sudah menunjukkan pukul 5 sore aja, yg artinya musti balik ke kota maning sebelum kembali ke wujud semula yakni uler kadut. Mampir bentar diseputaran Lorong Burma yg berada ditengah perjalanan balik menuju hotel.

Melewati Bangkok Lane sebelum menuju Lorong Burma, dapat dijumpai rumah-rumah tua yg masih difungsikan sebagai tempat tinggal serta merangkap sebagai tempat usaha. Dengan kondisi yg cukup terawat, menjadikan Senopati Residence Bangkok Lane ini menarik. Di gang sebelahnya *Lorong Burma* dijumpai Dhammikarama Burmese Temple dan Wat Chayalamangkaram Temple (Thai Buddhist Temple).

Thai Buddist Temple

Burmesse Temple

Dengan posisi saling berseberangan, dua bangunan kuil ini menampilkan design yg sungguh amboy indahnya. Kalo yg Thai ya udah familiarlah dengan bentuknya yg seperti itu, sedangkan yg Burmesse ini bener-bener mengagumkan, sampai ter-amazed-amazed dibuatnya. Sayang pas kesana, waktu jenguk udah usai, tak apalah dapat penampakan dari luar sudah cukup buat saat ini.

Harusnya kita balik menggunakan Rapid 101 yg lumayan banyak stock busnya, tetapi guide lokal kami malah menyarankan untuk menunggang Rapid 103 yg kalo lewat bisa 30 menit sekali *lempar tangan, sembunyi batu*. Diiringi dengan gerimis yg mulai meringis, kami menuju arah jalan Melawai Kelawei yg masih sebelahan ama jalan Burma. Setelah bus menampakkan diri, langsung kita menuju ke TKP selanjutnya which is Esplanade Hawker Center yg ada disamping area Padang Kota Lama buat dinner.

Esplanade Hawker Center

Sebagaimana hawker center di Penang ini, lokasi jualan yg halal dan non halal dipisah juga. Tempat makannya model alfresco dipinggir laut.  Selain kami, nampak pulak segerombolan serigala berbulu faux fur muda-mudi memadu kasih dipojokan sana. Selesai makan satay *iya sate itu*, kami mau gak mau musti beli makanan di area non halal, karena di area halal gak ada dijual, dan itu masuk ke item yg musti kita coba malem itu. Dengan sangat berat hati, dan mikir apa tanggapan masyarakat judgemental di kampung, kami pun beli ……. buah-buahan. Why oh why yg jualan buah di area non halal *cek label halal di kulit semangka, apakah ini semangka berkulit babi ????*.

Penang Night Scene

Dan malam terakhir di Penang dihabiskan dengan pole dancing di alun-alun menarsiskan diri di icon kota, yakni City Hall yg disirami lampu warna-warni. On the way balik ke hotel, nemu om-om asongan jualan segala macam pernak-pernik lucu khas Penang, eh si Ari ngajak mampir dulu, katanya sik mo beli oleh-oleh. Ngakunya sik buat ponakannya, tapi ngelihat penampakan dia sik gak mungkin buat sang keponakan. Yawdah belilah dia oleh-oleh yg lucu dan sangat ikonik. Yakni bonekanya Mr. Bean … dan ditenteng dengan muka sumringah macam habis jadian ama Nenny gitu deh mukanya. Pake jingkat-jingkat centil sepanjang jalan. Kalo gw … berhubung kasian si Ari gak ada temen belanja, yawdah terpaksa *tepatnya dipaksa buat nemenin beli boneka*, melayang deh beberapa Ringgit gw, sial. Dan dipojokan ujung sana memandang dengan penuh rasa iri si Ipul yg gak beli boneka itu. Pasti ntar ceritanya berbeda di blognya dia. Cih ….

And Penang …. thats a wrap …

Open University building

Parking officer

Light and shadow

Whiteaways Arcade

Night Deposit Box

Percuma, Ahad sahaja …

I’m watching

Read the sign please …

pre-wed shoot

Anna uhubikum fillah

Where to go ??

Lotus

Take a nap

Bangkok Lane

Whats for dinner ??

Move over !!!!

More pictures here

13 thoughts on “[Travel Story] Pusing Pusing di Penang

  1. “Pertama sik pesen Virgin Mojito sebagai simbol kami yg masih terjaga keperawanannya ini” –> dan juga gue sebagai pemilik blog yang masih perawan.

    Eh, kalo gak gara-gara naik Bis 103, kita jadi ga bisa lihat Kuburan Protestan itu kan? berterima kasihlah kepada guide (bertampang) lokal nan regional kalian!

  2. berhubung kasian si Ari gak ada temen belanja, yawdah terpaksa *tepatnya dipaksa buat nemenin beli boneka* <- cih! Alibi! Padahal yang pengen bonekanya dia sendiri.. Aku mah beneran buat ponakan.

Leave a reply to Nenny Wulandari Cancel reply